Yang Membuat Orang Sulit Kaya

Image-7425Yang Membuat Orang Sulit Kaya - Sebagai orang yang baru bekerja, atau baru menikah, wajar bila Anda melakukan beberapa kesalahan dalam mengelola keuangan. Karena sedang menikmati masa lajang misalnya, Anda merasa bebas membelanjakan uang untuk apa saja. Karena baru menikah misalnya, Anda belum menemukan cara yang tepat untuk mengelola penghasilan bersama pasangan.

Namun, pada dasarnya ada beberapa langkah keuangan yang tidak dipahami perempuan, padahal langkah-langkah tersebut membuat mereka menjadi tidak memiliki kebebasan dalam hal keuangan, apalagi menjadi kaya. Anda ingin tahu contohnya?

Terlalu banyak belanja pakaian dan sepatu
Belanja pakaian dan sepatu jelas penting untuk membangun image mengenai diri kita. Namun, Anda tidak harus berbelanja busana, sepatu, atau tas rancangan desainer terkenal hanya supaya bisa diterima dalam lingkungan pergaulan, atau supaya bisa mendapatkan promosi di kantor. Anda masih bisa kok, terlihat menawan dengan budget yang terjangkau. Atau, ketimbang membeli beberapa pakaian dan sepatu yang murah, beli saja satu item rancangan desainer setiap bulan. Jika bulan ini Anda membeli satu pakaian, bulan depan bisa membeli tas.

Tak mau kalah dengan yang dimiliki orang lain
Baik pria maupun wanita punya kecenderungan untuk jor-joran dengan orang lain. Pria barangkali lebih sering bersaing dalam hal mobil, kamera, atau gadget lain. Kaum perempuan biasanya tak mau kalah dalam hal penampilan, atau juga gadget. Lebih menyedihkan lagi jika Anda melakukannya—lagi-lagi—hanya supaya bisa diterima dalam pergaulan. Akibatnya, Anda akan menghabiskan banyak uang untuk sesuatu yang Anda beli karena tuntutan dari luar, bukan karena kebutuhan Anda.

Belanja untuk memperbaiki mood yang buruk
Banyak perempuan mencoba meredakan stres dengan melakukan retail therapy. Enggak salah sih, kalau dengannya Anda berusaha mengatasi stres atau mood yang tidak menentu. Namun, mencari kompensasi melalui shopping bisa menjadi kebiasaan yang destruktif. Sebab, Anda bisa kehilangan uang dalam waktu yang singkat, bahkan menghasilkan utang. Coba buka kembali lemari pakaian Anda. Adakah pakaian yang belum pernah Anda pakai sejak Anda membelinya karena belakangan merasa kurang pas?

Hidup hanya untuk hari ini
Ketika teman-teman Anda mulai membuka deposito, asuransi pendidikan, mencicil rumah atau kendaraan, Anda masih saja sibuk dengan belanja fashion, makan-makan, atau liburan. Ketika ditanya mengapa tak mulai mencicil rumah, Anda mengatakan, "Ah, beli rumah kan urusan suami!" Bagaimana bila Anda tak kunjung menemukan pasangan, dan tiba-tiba Anda menyadari tak punya tabungan? Tiba-tiba saja Anda merasa ketakutan bila harus hidup sendiri sampai tua, dan tak punya pegangan lain selain pekerjaan saat ini. Bisakah Anda pensiun dengan layak? Hal itu harus Anda pikirkan sejak sekarang, bukan ketika Anda sudah mau pensiun.

Menggantungkan hidup pada suami atau orangtua
Dengan menikah, Anda berharap suamilah yang akan membayar semua kebutuhan atau melunasi utang-utang Anda. Akan tetapi, bagaimana bila kondisi keuangan suami tidak sebaik yang Anda bayangkan? Bagaimana bila ia sendiri menumpuk utang di mana-mana tanpa Anda ketahui? Bagaimana bila akhirnya Anda berpisah, dan ia tidak lagi menyokong keuangan Anda? Banyak juga pasangan muda saat ini yang masih menggantungkan hidupnya melalui pemberian "gaji" dari orangtua. Sampai kapan ketergantungan ini akan berlangsung? Jika sudah dewasa, maka Anda harus mampu bertanggung jawab terhadap diri Anda sendiri, termasuk dalam hal keuangan.

Bersikap rendah hati di kantor
Rendah hati bukan hal yang buruk. Namun, perempuan cenderung meminta gaji yang lebih rendah daripada pria di tempat kerja, dan hasilnya mereka pun digaji lebih rendah. Perempuan juga kurang berani meminta kenaikan gaji atau promosi. Perilaku yang asertif sering dianggap kurang baik, dan perempuan yang menerapkan sikap ini akan dianggap besar kepala. Jika Anda memang yakin dengan kemampuan Anda, maka tidak ada salahnya Anda mempertanyakan kenaikan jabatan atau insentif atas hasil kerja Anda. Jangan termakan anggapan bahwa karena perempuan adalah pencari nafkah kedua dalam rumah tangga, maka penghasilan bukan yang terpenting.