Ini Alasannya Penyakit ‘Lola’ di Internet Anda!

Image634750461749218750Tentu Anda pernah mengalami kelambatan atau bahkan gagal dalam mengakses situs web. Tampilan di mesin peramban pada layar komputer, ponsel cerdas, atau komputer tablet Anda terus-menerus menunjukkan ikon loading yang berputar-putar. Ini tandanya perangkat Anda sedang berusaha memuat konten yang hendak disajikan.

Setelah ditunggu beberapa detik, ikon loading masih terus berputar sampai akhirnya berhenti dan muncul keterangan »time-out”. Artinya, waktu yang dibutuhkan untuk mengakses halaman website sudah melampaui tenggat, sehingga proses loading terpaksa dihentikan.

Jika ini terjadi, kira-kira di mana letak penyebab kelambatan atau kegagalan saat hendak mengunjungi situs tertentu?

Regional Director Compuware untuk wilayah Asia Tenggara, Koh Eng Kiong, mengatakan ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah ini. "Penyakit" itu bisa berasal dari mesin peramban (browser), jaringan Internet, konten atau aplikasi yang hendak dibuka, database, atau server.

»Tidak semua kelambanan dalam mengakses web dipicu dari infrastruktur teknologi informasi,” kata Kiong di Jakarta, Jumat, 8 Juni 2012.

Chief Representative Compuware Indonesia, Dimas Widiaksono, menuturkan beberapa waktu lalu ia pernah gagal mengakses situs salah satu bank swasta di Tanah Air karena salah menggunakan mesin peramban. »Ternyata layanan Internet Banking-nya hanya bisa dijangkau dengan browser Internet Explorer,” ujar dia.

Kelambanan atau kegagalan akses ke situs web, menurut Dimas, juga bisa dipicu lemahnya koneksi jaringan dari penyedia layanan Internet (Internet Service Provider/ISP) atau beratnya bobot aplikasi yang akan dibuka.

Berapa lama "penyakit" di jaringan ini bisa dideteksi? Kiong menjawab, »Bisa sampai 4 sampai 7 hari tergantung pada rumit-tidaknya sistem teknologi informasi yang diterapkan.”

Untuk memangkas waktu dan deteksi masalah lebih tepat, Kiong menawarkan solusi Compuware Application Performance Management (APM). »Platform mampu mendeteksi di titik mana penyebab kelambanan atau kegagalan akses terjadi dalam hitungan jam,” ujarnya.

Dimas menuturkan biasanya diagnosis atas suatu masalah dalam sistem teknologi informasi dimulai dari data center kemudian barulah masuk ke penyedia jaringan Internet. »Kami membalik cara kerja ini,” katanya.

Compuware APM bekerja dari sudut pandang end user atau konsumen. Maksudnya, kata Dimas, platform dapat menelisik "kesulitan" apa yang dialami konsumen kemudian mengidentifikasi masalahnya sampai ke pusat data.

Di Compuware APM, terdapat dua metode deteksi, yakni Gomez dan DynaTrace. Gomez adalah solusi yang diterapkan di dalam cloud dan biasanya dipakai untuk mengetahui waktu respons layanan website.

Sementara DynaTrace merupakan software on premis atau ditanamkan di data center. Peranti lunak ini, menurut Kiong, mampu mendeteksi sampai ke konten apa yang dibuka konsumen dan apakah mereka mengalami kesulitan dalam mengaksesnya.

»Jika ada masalah, software akan mengirimkan alert (peringatan) kepada teknisi dan memberi tahu di mana penyebabnya sampai ke tingkat script programming atau koding,” ujar Kiong.

Beberapa perusahaan di Tanah Air yang telah menggunakan solusi Compuware misalnya Bank Internasional Indonesia, Adira, dan Telkomsel. Adapun perusahaan multinasional yang juga memanfaatkan solusi serupa adalah Yahoo!, Facebook, Google, LinkedIn, dan lainnya.