Dibanding pria, wanita lebih sering mengalami kelelahan setelah seharian beraktivitas karena daya tahannya yang lebih rendah. Biasanya hal ini disebabkan kurangnya jumlah sel darah merah (hemoglobin) dalam darah atau anemia.
Padahal anemia sendiri diakibatkan kurangnya asupan zat besi ke dalam tubuh. Kekurangan zat besi pun mengakibatkan lesu, lemah dan perasaan ingin pingsan.
Oleh karena itu sebuah penelitian dari Swiss menyarankan pemberian suplemen zat besi yang diklaim dapat membantu wanita mengatasi kelelahannya, bahkan meski penderita tak mengalami anemia.
Untuk studi yang dipublikasikan dalam Canadian Medical Association Journal tersebut, peneliti memantau 198 wanita usia reproduktif (18-53 tahun). Peneliti sengaja mengamati wanita usia ini karena masih mengalami menstruasi yang diketahui menunjukkan rendahnya kadar zat besi.
Keseluruhan partisipan juga dilaporkan mengalami kelelahan yang tak bisa dijelaskan secara medis. Kemudian separuh partisipan diberi 80 mg tablet zat besi setiap harinya, sedangkan separuhnya lagi diberi pil gula.
'Skor kelelahan' medisnya pun dicatat sebelum pengobatan dan setelah 12 minggu mengonsumsi obat yang diberikan.
"Kami menemukan bahwa suplemen zat besi yang dikonsumsi selama 12 minggu menurunkan (skor) kelelahan hingga 50 persen," ungkap salah satu peneliti, Dr. Bernard Favrat dari University of Lausanne di Swiss seperti dilansir dari BBC, Selasa (5/6/2012).
"Bisa jadi sebenarnya kekurangan zat besi merupakan penyebab kelelahan yang kurang diakui pada wanita usia subur. Padahal bagi wanita yang mengalami kelelahan yang tak dapat dijelaskan secara medis dan berlangsung lama, alasan kekurangan zat besi seharusnya dipertimbangkan".
Rick Miller, jubir British Dietetic Association pun memperingatkan bahwa mengonsumsi terlalu banyak zat besi juga berujung pada kegagalan organ.
"Yang pertama dan terutama, kelelahan itu banyak faktornya. Kondisi ini tak pernah hanya karena satu penyebab atau mikronutrien," tandasnya.
Menurutnya, kelelahan tak bisa dipahami secara menyeluruh dan faktor-faktor lainnya seperti olahraga, diet dan pola tidur juga memainkan peranan dalam menjelaskan kondisi ini.