Belakangan, Henna populer di beberapa negara dunia, khususnya Asia. Berasal dari tanaman dengan nama serupa, Henna (Lawsonia inermis), Henna mulai banyak dikenal sejak zaman Cleopatra dan Neferititi, tepatnya sekitar 6000 tahun lalu. Umumnya, Henna banyak tumbuh di negara beriklim panas seperti negara di wilayah Asia Selatan dan Afrika Utara.
Di awal abad 1800-an, Henna diperkenalkan pada warga Eropa sebagai bahan mode wanita bohemian yang memiliki kecenderungan perawatan rambut dengan cara mewarnai. Saat itu, istri dari Dante Gabriel Rosetti, Elizabeth Siddal, terang-terangan mewarnai rambutnya dengan menggunakan pewarna rambut merah cerah yang sangat bertentangan dengan tradisi budaya di Inggris. Namun, itulah awal mulanya Henna banyak dikenal masyarakat Eropa.
Di lingkungannya, Henna dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 6 kaki. Selain dikenal sebagai bahan seni keindahan pada tangan dan kaki, Henna juga dapat menyehatkan rambut agar makin mengkilap. Tak hanya itu, Henna juga berfungsi sebagai kondisioner rambut dan sangat baik bagi kesehatan kulit kepala.
Untuk membuatnya, cukup dengan menumbuk daun Henna hingga menjadi bubuk halus dan ditambahkan air di dalamnya. Kini, seiring perkembangan zaman, Henna banyak ditemukan di beberapa wilayah dunia. Biasanya, Henna banyak digunakan dalam acara keagamaan, ritual, pesta kebudayaan maupun pernikahan untuk menambahkan kesan cantik dan anggun.