Teknologi Baru Buat Yang Hobi 'Nguntit'

Image634761690539260000Pernahkah kamu menggunakan media sosial sebagai alat untuk mencari tahu kafe apa yang sering dikunjungi oleh gebetanmu? Siapa sainganmu yang sering mention dia di Twitter? Jam berapa saja dia biasa aktif di Twitter?

Nah, jika biasanya kamu melakukan seluruh aktivitas menguntit (stalking) si dia secara manual, sekarang, kamu bisa menggunakan satu layanan khusus. NoLimit namanya.

NoLimit awalnya hanya proyek iseng dari Aqsath Rasyid ketika masih berkuliah di ITB. Saat itu Aqsath memiliki ide untuk membuat sebuah client app twitter. Setelah berbincang dengan dosen dan temannya, ia memutuskan untuk membuat alat analisis khusus media sosial lokal.

Bisa dibilang NoLimit bukan layanan yang tidak dikenal di Indonesia. Layanan ini mulai dikenal luas sejak ikut serta dalam program iMulai 3.0, dan baru-baru ini menjadi juara ketiga di Startup Arena - Startup Asia yang diselenggarakan Tech In Asia.

Selain layanan khusus bagi perusahaan, NoLimit juga memiliki layanan untuk pengguna biasa, terutama anak muda mencari informasi tentang orang yang ingin didekatinya. Edisi Stalking namanya.

Dengan layanan ini, kamu dapat mengetahui siapa saja yang sering mention si dia di Twitter (dan media sosial lainnya), jam berapa saja dia aktif di Twitter, dan topik apa saja yang dia suka. Kamu juga bisa mengetahui, siapa sih orang yang paling banyak si dia mention.

Setelah kamu mengetahui informasi di atas, kamu akan lebih gampang mengatur strategi dan cara mendekati dia.

Contohnya, di suatu sore kamu bisa membalas twit dia tentang film “The Avengers”. Atau, kamu bisa menulis twit tentang lagu “Gotye - Somebody That I Used To Know”, karena kamu melihat dia mendengarkan lagu ini hari-hari sebelumnya.

Bahkan, kamu bisa mengajak dia jalan di Sabtu malam, karena kamu tahu ia jarang bepergian di malam itu.

Layanan seperti ini sebenarnya sudah banyak tersedia di Internet. Lalu, apa yang membedakan NoLimit dengan alat analisa media sosial lainnya?

"Analisa kami didasari atas bahasa Indonesia. Sehingga, lebih akurat untuk Indonesia." ujar Adiska Fardani (Chief Business Development Officer).